Segala puji yang disertai
pengagungan seagung-agungnya hanya milik Allah Subhanahu wa Ta’ala dan
perendahan diri kita yang serendah-rendahnyanya hanya kita berikan kepadaNya Robbul
‘Alamin. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi was sallam.
Para Pembaca –yang semoga
senantiasa mendapat rahmat Allah dimanapun berada-, ilmu agama merupakan suatu
hal yang harus dicari seorang hamba yang ingin beribadah dengan benar kepada
Allah ‘Azza wa Jalla. Demikian telah ditempuh para ulama kita mulai
dari Zaman sahabat hingga di zaman kita sekarang. Lihatlah betapa gigih dan
yakinnya seorang sahabat yang mulia dalam mencari kebenaran dalam beragama,…lihatlah
kisah-kisah beliau Salman Al Farisi rodhiyallahu ‘anhu dalam mencari
agama yang Allah inginkan. Lihatlah juga di zaman kita betapa gigih Syaikh Hasan Al
Albana dalam menggali ilmu hadits dan berdakwah….
Namun hal yang sangat disayangkan
diantara kita yang mengaku, menisbatkan diri kepada Ahlus Sunnah wal Jama’ah
sering kali kita dapati betapa ilmu yang telah kita dapatkan ternyata
realisasinya kurang…realisasinya masih jauh dari apa yang telah kita
ketahui…Lalu apakah kita belajar agama untuk menambah wawasan semata….!!!!??
Atau apakah ketika pakaian kita telah mengikuti sunnah namun ibadah dan ghiroh
kita akan ibadah boleh kendor ???!!!! Apakah ketika kita telah mengerti tauhid
lantas meremehkan ibadah yang hukumnya mustahab…??!!! Bukanlah yang pada dasarnya
amal mustahab menuntut amal untuk dikerjakan ???!!!!
Wahai diriku, wahai jiwaku, wahai
jiwa saudara- saudaraku yang mengaku bermanhaj salaf, mana amal dari ilmu kita
???!!!! Apakah ilmu kita tuntut untuk merendahkan kaum muslimin yang masih
jahil terhadap agamanya ??!!! Lihatlah wahai saudaraku betapa banyak kalangan
salaf yang mengatakan,
العِلْمُ خَادِمُ الْعَمَلِ وَالْعَمَلُ
غَيَةُ الْعِلْمِ, فَلَوْ لَا الْعَمَلُ لَمْ يُطْلَبُ عِلْمٌ, فَلَوْ
لَا الْعِلْمُ لَمْ يُطْلَبُ عَمَلٌ
“Ilmu adalah pelayannya amal dan amal
adalah tujuan utama ilmu. Maka kalaulah bukan karena
amal maka tidaklah dicari ilmu dan kalaulah bukan karena ilmu
tidaklah dituntut amal”(Lihat "Iqtidho’ul ‘Ilmi Al ‘Amal oleh Al Khotib Al Baghdadiy" .)
Lihatlah perkataan Abbas bin Ahmad
ketika menafsirkan firman Allah Subahanahu wa Ta’ala,
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا
فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا
“Dan orang-orang yang
bersungguh-sungguh menuju kami, maka akan kami berikan kepada mereka hidayah
menuju kami”. [QS. Al Ankabut (29) : 69]
قَالَ : الَّذِيْنَ
يَعْمَلُوْنَ بِمَا يَعْلَمُوْنَ نَهْدِيْهِمْ إِلَى مَا لَا يَعْلَمُوْنَ
Beliau mengatakan, “Mereka adalah
orang-orang yang mengamalkan apa yang mereka ketahui maka Kami (Allah) akan
berikan kepada mereka petunjuk terhadap hal-hal yang belum mereka ketahui”(Lihat "Iqtidho’ul ‘Ilmi Al ‘Amal" hal. 30..)
Nah diantara apa yang kita amati
sering terjadi adalah sebagian dikalangan saudara kita yang mengaku bermanhaj
salaf sering masbuq dalam sholat dan inilah yang akan menjadi topik bahasan
kita yang selanjutnya diharapkan berbuah amal.
[Pengertian Masbuq]
Jika kita melihat judul di atas
maka mungkin sebagian dari kita ada yang belum pernah mendengar atau belum tahu
apa itu masbuq. Masbuq adalah peristiwa dimana imam dan makmum sama-sama
melakukan sholat jama’ah pada sebagian bagian sholat walaupun pada saat imam
telah duduk terakhir sebelum salam. Inilah pendapat jumhur ulama’ yaitu ulama
yang bermazhab Hanafiyah, ulama yang bermazhab Hanabilah, pendapat yang benar
menurut ulama yang bermazhab Syafi’iyah dan sebagian ulama yang bermazhab
Malikiyah. Walaupun demikian pahala (berjama’ah) yang ia dapatkan tidaklah sama
dengan orang yang berjama’ah dengan imam sejak awal sholat (Shohih Fiqh Sunnah oleh Abu Malik Kamal bin Sayd hal.556/I.).
[Keutamaan Sholat]
Sholat merupakah sebuah ibadah yang
agung bahkan ia merupakan salah satu rukun islam yang menurut sebagian ulama
jika meninggalkannya sama sekali maka pelakunya telah keluar dari islam. Sholat
memilki keutamaan yang sangat banyak. Jika kita buka kitab-kitab hadits niscaya
akan kita dapati banyak hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang
mengabarkan keutamaan sholat. Berikut diantaranya Nabi shallallahu ‘alaihi
was sallam mengatakan,
“Bagaimana pendapat kalian jika
sekiranya ada sebuah sungai di rumah salah seorang dari kalian yang digunakan
oleh penghuninya untuk mandi 5 kali sehari apakah ada kotoran yang tersisa pada
orang tersebut?” Para Sahabat mengatakan, “Tidaklah tersisa sedikitpun kotoran
padanya”. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan, “Demikianlah
permisalan sholat lima waktu, Allah menghapus dosa kalian (dosa yang dibawah syirik
dan bukan dosa besar) dengan sebab sholat lima waktu kalian”(HR. Bukhari Muslim).
Jika hadits di atas belum cukup
maka perhatikanlah hadits Rasulullah Muhammad Shallallahu
‘alaihi was sallam,
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ
بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلاَتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ
فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ
“Sesungguhnya amal
seorang hamba yang pertama kali dihisab/diperhitungkan pada hari
qiyamat adalah sholat, jika sholatnya baik maka ia
telah beruntung dan berhasil namun apabila sholatnya rusak maka sungguh ia
telah merugi”(HR. Tirmidzi).
[Keutamaan Sholat Jama’ah]
Sholat berjama’ah memilki keutamaan
yang amat besar diantaranya adalah sebagaimana yang dikabarkan Nabi shallallahu
‘alaihi was sallam.
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ
أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ أَحَدِكُمْ وَحْدَهُ بِخَمْسَةٍ وَعِشْرِينَ جُزْءًا
“Sholat berjama’ah (di masjid) lebih utama 25 kali dari sholat salah seorang kalian yang tidak berjama’ah”.(HR. Bukhari Muslim)
صَلاَةُ الْجَمَاعَةِ
أَفْضَلُ مِنْ صَلاَةِ الْفَذِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِينَ دَرَجَةً
“Sholat berjama’ah (di masjid)
lebih utama 27 kali dari sholat salah seorang kalian yang tidak berjama’ah”.(HR. Bukhari Muslim)
Lihatlah saudaraku betapa besarnya
pahala sholat berjama’ah di masjid jika dibandingkan pahala orang yang sholat
sendirian. Wahai Saudaraku….Jika itu belum menggerakkan hatimu maka lihatlah
hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang mulia berikut ini.
“Sholat seorang laki-laki secara
berjama’ah (di masjid) pahala dilipatgandakan 25 kali lipat dari sholatnya di
rumahnya atau di pasar. Jika ia berwudhu dan membaguskan wudhunya kemudian ia
keluar ke masjid yang ia keluar menujunya hanya untuk melaksanakan sholat,
kemudian ia tidak melangkahi (pundak orang) di sana melainkan Allah akan akan
derajatnya dengan sebab itu dan Allah hapus dengan sebab itu dosa-dosanya (yang
bukan merupakan dosa syirik dan dosa besar). Jika ia sholat maka tiada
henti-hentinya malaikat mendo’akannya selama ia sholat dengan do’a ‘Ya Allah
angkatlah derajatnya dan ya Allah rahmatilah dia’. Serta setiap kalian akan
senantiasa (seperti dalam keadaan sholat) selama ia menunggu sholat berikutnya”.(HR. Bukhari Muslim)
Kemudian marilah kita renungkan
baik-baik hadits berikut wahai jiwa…wahai diri…
Datang seseorang lelaki buta kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam. Lalu ia mengatakan, “Wahai Rosulullah
sesungguhnya aku tidak punya orang yang menuntunku ke masjid (untuk menghadiri
sholat jama’ah lima waktu di masjid)”. Kemudian ia meminta Nabi shallallahu
‘alaihi was sallam untuk memberikan keringanan baginya (untuk tidak menghadiri
sholat jama’ah lima waktu di masjid). Kemudian Nabi memberikannya keringanan.
Namun tatkala orang itu berbalik dari Nabi, Nabi kemudian memanggilnya untuk
bertanya, “Apakah engkau mendengar suara adzan (dari kediamanmu)?” Orang itu
mengatakan, “Iya”. Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan, “Maka
jawablah panggilan itu (tetaplah hadiri sholat lima waktu berjama’ah di
masjid)”.(HR. Muslim)
Wahai jiwa…Wahai diri….Jika itu
Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam perintahkan pada seorang yang buta
dan tak punya penuntun yang menuntunnya lalu bagaimanakah lagi dengan diri kita
yang dianugrahi penglihatan yang tiada ternilai
harganya………..!?
[Keutamaan Sholat Subuh dan
Isya’ Berama’ah]
Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallam bersabda,
مَنْ صَلَّى الْعِشَاءَ فِى
جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا قَامَ نِصْفَ اللَّيْلِ وَمَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِى
جَمَاعَةٍ فَكَأَنَّمَا صَلَّى اللَّيْلَ كُلَّهُ
“Barangsiapa yang melaksanakan sholat
isya’ secara berjama’ah (di mesjid) maka ia seakan-akan
melaksanakan sholat malam sepanjang setengah semalam dan
barangsiapa yang sholat subuh berjama’ah (di mesjid) maka ia seakan-akan
melaksanakan sholat malam semalam penuh”.(HR. Muslim)
Maka tidakkah diri ini tergugah
untuk menggapai pahala yang demikian banyaknya dan bersegera mendapatkannya
???!!!!
Wahai saudaraku sesama muslim
marilah kita camkan potongan hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang
mulia berikut ini,
لَيْسَ صَلاَةٌ أَثْقَلَ
عَلَى الْمُنَافِقِينَ مِنَ الْفَجْرِ وَالْعِشَاءِ
“Tidak ada Sholat yang lebih berat
bagi orang munafik dari sholat subuh dan isya’”.(HR. Bukhari)
Maka tidakkah kita takut termasuk
dalam ciri-ciri mereka ???!!!
[Keutamaan Shof Pertama]
Nabi Shallallahu ‘alaihi was
sallam bersabda,
خَيْرُ صُفُوفِ الرِّجَالِ
أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا
“Sebaik-baik shof laki-laki adalah
shof yang pertama dan seburuk-buruk shof laki-laki adalah shof yang terakhir”.(HR. Muslim)
Lihatlah apa yang dikatakan orang
yang paling menginginkan kebaikan bagi umatnya,
لَوْ يَعْلَمُ النَّاسُ مَا
فِى النِّدَاءِ وَالصَّفِّ الأَوَّلِ ، ثُمَّ لَمْ يَجِدُوا إِلاَّ أَنْ
يَسْتَهِمُوا عَلَيْهِ لاَسْتَهَمُوا
“Seandainya manusia (kaum muslimin)
mengetahui hal yang ada di balik panggilan sholat (adzan) dan shof pertama
kemudian mereka tidak mendapatkannya kecuali dengan cara mengundinya maka
mereka akan mengundinya”.(HR. Bukhari Muslim)
Al Imam An Nawawiy Asy Syafi’i rohimahullah
menjelaskan maksud (يَسْتَهِمُوا) dalam hadits ini,
“Maknanya adalah mengundi yaitu
sekiranya mereka mengetahui keutamaan, kedudukan yang agung dan balasan yang
ada pada adzan lalu mereka tidak mendapatkan jalan yang memudahkan mereka untuk
mendapatkannya karena sempitnya waktu adzan dan setelah adzan (sebelum sholat)
atau karena yang beradzan dalam satu mesjid hanya boleh satu orang maka niscaya
mereka akan mengundinya”.(Al Minhaj Syarh Shohih Muslim oleh Al Imam Muhiyyuddin An Nawawiy Asy
Syafi’i rohimahullah)
Hal yang senada juga beliau katakan
tentang masalah shof pertama.
Nabi Shallallahu ‘alaihi was
sallam bersabda,
تَقَدَّمُوا فَائْتَمُّوا
بِى وَلْيَأْتَمَّ بِكُمْ مَنْ بَعْدَكُمْ لاَ يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ
حَتَّى يُؤَخِّرَهُمُ اللَّهُ
“Bersegeralah kalian (mendapatkan
shof pertama) maka kalian akan disegarakan bersamaku. Hendaklah kalian
menyempurnakan shof orang yang berada setelah kalian. Orang yang mengakhirkan
dirinya untuk mendapatkan shof pertama akan senantiasa Allah akhirkan dirinya
dari kebaikan/’amal”.(HR. Muslim)
[Keutamaan Sholat di antara
Adzan dan Iqomah]
Nabi shallallahu ‘alaihi was
sallam bersabda,
بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ
صَلاَةٌ بَيْنَ كُلِّ أَذَانَيْنِ صَلاَةٌ – ثُمَّ قَالَ فِى الثَّالِثَةِ –
لِمَنْ شَاءَ
“Diantara setiap adzan dan iqomah
terdapat sholat (nafilah/sunnah), diantara setiap adzan dan iqomah terdapat
sholat (nafilah/sunnah), kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam mengatakan
untuk ketiga kalinya diantara setiap adzan dan iqomah terdapat sholat
(nafilah/sunnah) bagi yang mau”.(HR. Bukhori Muslim)
Satu hal yang harus kita ingat
tidaklah perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang beliau
ulang melainkan menunjukkan perhatian beliau yang amat besar pada sesuatu
tersebut yang mana asal dari perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam adalah
jawami’ul kalim (kalimat pendek namun mengandung makna yang luas). Sehingga
tidaklah sepatutnya kita meremehkan hal ini.
[Takutlah Diserupakan
dengan Orang-Orang Munafik]
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
tentang sholanya orang munafik dalam KitabNya,
وَإِذَا قَامُوا إِلَى
الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا
قَلِيلًا
“Dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di
hadapan manusia”. (QS. An Nisa’ [4] : 142).
Al Imam Ibnu Katsir Asy Syafi’i rohimahullah
mengatakan tentang tafsir ayat ini,
“Ini adalah sifat orang-orang
munafik terhadap amal yang paling mulia, yang paling afdhol dan yang paling
baik yaitu sholat. Jika mereka mengerjakan sholat maka mereka mengerjakannya
dengan malas. Karena mereka tidaklah berniat mendirikan sholat, mereka tidaklah
mengimaninya (pahalanya),
tidak takut terhadap (ancaman yang meninggalkannya) dan mereka
tidaklah memikirkan makna yang ada di dalam sholat.(Aisarut Tafasir oleh Syaikh Jabir Al Jazairiy)
Inilah sifat dhohir mereka
sebagai mana juga dalam firman Allah Ta’ala dalam surat yang lainnya
وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ
إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى
“Mereka tidak mengerjakan sholat, melainkan dengan malas”. (QS. At Taubah [9] : 54).
Maka lihatlah wahai saudaraku
betapa mengerikannya ancaman Allah bagi orang-orang munafik yang salah satu
ciri mereka adalah jika mengerjakan sholat maka mereka tidaklah mengerjakannya
melainkan dalam kedaan malas –nau’dzubilla min dzalik.
Wahai saudaraku walaupun kita
–insya Allah- bukanlah termasuk dari orang yang demikian karena sebagian
diantara kita masih mengerjakan sholat jama’ah walapun sering masbuq. Namun
satu hal yang hendaklah selalu kita tanamkan dalam jiwa yaitu sifat takut
memiliki sebagian kecil dari ciri mereka (orang munafik)…. Tidakkah kita takut
dengan sabda Nabi yang Mulia Shollallahu ‘Alaihi Wa Sallam,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ
فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum (kelompok) maka ia merupakan bagian kaum (kelompok) tersebut”.(HR. Abuu Dawud)
Lihatlah keterangan Syaikh Abdul
Aziz bin Abdur Rahman al Musanid tentang sholat orang yang sering masbuq tanpa
udzur syar’i,
“Datang ke masjid sebelum imam
melakukan takbirotul ihrom untuk sholat jama’ah memiliki banyak keutamaan,
terutama untuk melakukan ibadah sunnah semisal sholat tahiyatul masjid, sholat
rawatib atau membaca ayat-ayat Al Qur’an serta dapat takbirotul ihrom bersama
imam. Hal ini juga merupakan bukti yang menunjukkan benarnya iman dan kecintaan
terhadap sholat. Sedangkan datang ke masjid dengan menunda-nunda keberangkatan
sehingga tidak dapat melakukan takbirotul ihrom bersama imam merupakan bentuk
merasa berat terhadap sholat dan akan kehilangan kebaikan yang sangat banyak
dan yang lebih disayangkan lagi adalah jika sampai ketinggalan rokaat yang
banyak dan hal ini sering terjadi. Maka hal ini adalah perkara yang diinginkan
syaithon untuk memburu orang-orang yang lemah imannya dan agar mereka
terjauhkan dari kebaikan. Maka sudah sepantasnya kita menghindari hal ini”.(Al Qoulul Mubin fi Ma’rifati maa Yatawahhamul Mushollin)
Sebagai penutup kunasihatkan
kepadamu wahai diriku dan kaum muslimin secara umum tentang perkataan para
ulama di awal tulisan agar tertananam dalam diri dan jiwa kita,
العِلْمُ خَادِمُ الْعَمَلِ وَالْعَمَلُ
غَيَةُ الْعِلْمِ, فَلَوْ لَا الْعَمَلُ لَمْ يُطْلَبُ عِلْمٌ, فَلَوْ
لَا الْعِلْمُ لَمْ يُطْلَبُ عَمَلٌ
“Ilmu adalah pelayannya amal dan amal adalah tujuan utama ilmu. Maka kalaulah bukan karena amal maka tidaklah dicari ilmu dan kalaulah bukan karena ilmu tidaklah dituntut amal”.(Iqtidho’ul ‘Ilmi Al ‘Amal oleh Al Khotib Al Baghdadiy)
Wahai diriku, wahai
saudaraku……….!!! Apakah keutamaan yang demikian banyak akan kita buang percuma
dan lebih memilih datang terlambat untuk mengerjakan sholat jama’ah (masbuq)
?! Tidakkah kita takut terhadap pertanyaan kelak apa yang kita amalkan
dengan ilmu agama yang sudah kita ketahui…….!!! Tidakkah kita takut memiliki
ciri orang-orang munafik ?!
Just Share....Mudah mudahan bisa diambil manfaatnya
0 komentar:
Posting Komentar