Beberapa pekan yang lalu saya mendengar perkataan yang menurut saya maha dahsyat dan merubah
jalan pikiran saya. Perkataan dari seorang sahabat yang baru saja ditinggal
ibunya tercinta menghadap sang khaliq. Innalillahi Wainnaillahi Rajiun..saya
ketika itu memasuki halaman rumahnya, berdiri dihadapannya sambil memeluk erat
menyampaikan duka cita saya. Tegar…sungguh sangat tegar, ekspresi yang ia
tunjukan pada saya. Ucapannya lirih saat itu, air matanya telah kering, tak mampu
lagi Ia menangis….
Saya
melihat gelas-gelas bening disudut matanya yang mungkin saja akan segera pecah,
tapi atas nama “keikhlasan” urung ia lakukan. Saya terus mendengar curahan
hatinya, tanpa sanggup berkata apapun, jujur saja saya juga berduka, karena Ia
seorang sahabat yang sungguh dengan berani saya katakan adalah sebuah anugerah
dari Azzawajalla.
Hingga
sampai pada detik dimana ia menyentu hati saya dengan berkata..
”
Akhi…ternyata benar, Allah maha pencemburu, Ia sangat tidak ingin kecintaan seorang
hamba kepada makhluknya yang lain mengalahkan Kecintaan yang seharusnya hanya
ditujukan padaNya diatas segala-galanya. …dan saya sangat mencintai bunda,
mengalahkan Cinta saya pada yang lain, Hingga Allah mengambil bunda dari saya…
….”